Sewindu APACE, Transportasi Gratis untuk Pelajar Banjarmasin

Opini9 Dilihat
Oleh: Talitha Shula Maritza*
Oleh: Talitha Shula Maritza*

Hampir delapan tahun sudah angkutan pelajar ceria—akrab disebut APACE—menjadi teman perjalanan anak-anak sekolah di Banjarmasin. Armada taksi kuning yang dahulu berfungsi sebagai angkutan kota ini kini punya wajah baru: bukan lagi mengantar penumpang umum, melainkan khusus melayani pelajar.

Program ini lahir dari kebijakan Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Banjarmasin sejak 2018. “Angkutan khusus pelajar ini untuk membantu anak-anak yang tidak punya transportasi pribadi sekaligus mengurangi kemacetan,” ujar Muhammad Furqoon, staf Dishub Kota Banjarmasin.

Awalnya hanya ada 10 armada dengan 10 trayek. Antusiasme sekolah-sekolah membuat jumlahnya bertambah hingga 20 armada pada 2022. Meski belum menjangkau seluruh kota, APACE sudah menjadi solusi transportasi andalan bagi banyak pelajar, terutama mereka yang berasal dari panti asuhan.

Sahabat Anak Panti

Bagi anak-anak Panti Asuhan Sentosa, APACE adalah berkah tersendiri. “Anak-anak tidak perlu lagi berjalan kaki ke sekolah,” kata Khoirul Abadi, wakil pengasuh panti. Istiqomah Hayati, pengasuh Panti Asuhan Hj. Asiah, menambahkan, “Layanannya bagus, sopirnya pun ramah. Kami tidak khawatir lagi melepas anak-anak berangkat sekolah.”

Tak heran bila pelajar lebih memilih APACE. Gratis, aman, nyaman—tiga alasan yang paling sering muncul dalam wawancara dengan 16 anak Panti Sentosa, 7 anak Panti Hj. Asiah, dan beberapa pelajar biasa. Kini, perjalanan ke sekolah bukan lagi beban, tapi bagian dari rutinitas yang menyenangkan.

Operasi dan Pengawasan

Meski armadanya sederhana, pengawasan tetap ketat. Sopir wajib melaporkan jumlah penumpang setiap hari, sementara Dishub rutin melakukan inspeksi kendaraan. Perawatan kendaraan dilakukan mandiri oleh sopir, karena armada ini disewa dari pihak ketiga.

Trayek APACE tersebar di beberapa titik penting: Komplek Sekolah Muhammadiyah 1 di Jl. S. Parman, SMPN 9 Mulawarman, hingga kawasan permukiman lain. Pelajar SD hingga SMA bisa menumpang sesuai jalur yang tersedia, dijemput di pinggir jalan dan diantar sampai depan sekolah.

Tantangan di Lapangan

Namun, tidak semua berjalan mulus. Beberapa sekolah yang mengajukan permohonan layanan belum bisa terlayani karena keterbatasan armada dan anggaran. “Antusiasme masyarakat sangat tinggi, tapi kami belum bisa memenuhi semua permintaan,” jelas Ahmad Maslikhan, staf Dishub.

Selain itu, APACE tidak beroperasi pada hari Sabtu, dan koordinasi dengan pihak sekolah masih minim. Meski begitu, program ini tetap dipandang sebagai terobosan penting.

Menjaga Denyut APACE

APACE mungkin belum sempurna, tapi perannya nyata: menghadirkan transportasi gratis, aman, dan ramah bagi pelajar. Bagi panti asuhan, ia adalah penyelamat. Bagi pelajar, ia adalah teman perjalanan. Dan bagi Kota Banjarmasin, APACE adalah bukti bahwa layanan publik bisa hadir dengan wajah ceria—setia menemani anak-anak menuju gerbang sekolah.

*) Penulis adalah alumni Prodi HTN, Fakultas Syariah UIN Antasari Banjarmasin