Badan Kesbangpol Kalsel Bahas Netralitas Media dalam Pendidikan Politik

Banjar Update92 Dilihat

BANJARUPDATE.COM, BANJARMASIN – Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) menggelar pendidikan politik bagi masyarakat dengan tema “Peran dan Netralitas Media dalam Pemberitaan”, Kamis (13/11/2025).

Acara yang digelar di Hotel Roditha Banjarmasin ini diikuti puluhan peserta dari perwakilan media cetak, elektronik, radio, hingga daring. Kegiatan ini bertujuan memperkuat pemahaman insan pers soal pentingnya menjaga netralitas dalam pemberitaan.

Kepala Kesbangpol Kalsel H. Heriansyah, melalui Kepala Bidang Politik Dalam Negeri Muhammad Hasanuddin, mengatakan kegiatan ini bagian dari program rutin lembaganya.

“Bidang Politik Dalam Negeri memang punya tugas menggelar pendidikan politik untuk berbagai kalangan, termasuk media massa,” ujar Hasanuddin.

Menurutnya, peran media dalam menjaga netralitas sangat penting di tengah derasnya arus informasi.

“Kita ingin mengingatkan kembali fungsi pers sebagai penyampai informasi yang akurat, berimbang, dan tidak provokatif,” jelasnya.

Dua narasumber hadir dalam kegiatan ini, yakni Choirun Ni’mah, Kepala Seksi Pengelolaan Opini Publik Diskominfo Kalsel, dan Zainal Helmie, Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kalsel.

Dalam materinya bertajuk “Membangun Kepercayaan Publik melalui Netralitas Media”, Choirun Ni’mah menyoroti capaian Kalsel dalam Indeks Kemerdekaan Pers (IKP) 2024. Kalsel tercatat menempati peringkat tertinggi nasional dengan skor 80,91 poin.

“Ini menunjukkan keterbukaan Pemprov Kalsel terhadap semua media, baik cetak, elektronik, maupun daring,” kata Choirun.

Sementara itu, Zainal Helmie menegaskan pentingnya verifikasi media oleh Dewan Pers dan Uji Kompetensi Wartawan (UKW).

“Verifikasi itu bukan formalitas, tapi bentuk tanggung jawab profesional. Jurnalis yang berkompeten adalah penjaga terakhir dari kebenaran informasi,” ujarnya.

Helmie juga mengingatkan agar media tidak tergoda atas kepentingan kelompok. “Di era digital yang cepat, etika dan kemampuan wartawan jadi benteng terakhir agar berita tetap faktual,” tutupnya.