
Tuan Guru Haji (Tunji) Basiyuni adalah salah satu Mursyid Tarekat Syadziliyah yang bertempat tinggal di Marabahan. Pada ulama ini, Abah Guru Sekumpul (Tuan Guru H. Muhammad Zaini bin Abdul Ghani) disebut-sebut pernah meminta ijazah tarekat tersebut. Namun kemudian, saya menyaksikan satu video berisi ceramah ulama yang meriwayatkan bahwa Abah Guru Sekumpul tak sempat bertemu dengan Tunji Basiyuni, lantaran ulama tersebut sudah meninggal dunia ketika Abah Guru Sekumpul bertamu.
Berbeda dengan ulama tersebut, ada tiga “kesaksian” ulama yang mengindikasikan bahwa pertemuan keduanya (Abah Guru Sekumpul dan Tunji Basiyuni) memang benar nyata.
Kesaksian yang pertama datang dari Tuan Guru H. Syaifuddin Zuhri (Abah Guru Banjar Indah). Guru Banjar Indah menyebut Abah Guru ketika usia 20 tahun mengaji tentang Tarekat Syadziliyah ini kepada Guru Basiyuni. Beliau datang dibawa oleh Tuan Guru H. Seman Mulia.
Pada kesempatan lain, Guru Banjar Indah menanyakan pada Abah Guru Sekumpul, “Mengapa pian tidak mengijazahkan Thoriqoh Syadziliyah?” dan dijawab Oleh Abah Guru Sekumpul waktu itu, “Anak sidin (Guru Syibawaihi atau Guru Bawai) ada aja.”(Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=-OWpkWkL210 sekira menit 15.32 – 16.45)
Riwayat kedua datang dari Guru Anshary El Kariem. Menurut Guru Anshary, ayahnya memiliki sanad Tarekat Syadziliyah yang bersambung dengan Guru Basiyuni.
“Dulu, ketika Abahku lulus Darussalam (sekira 1961 M). Satu kelas dibawa oleh Guru Seman ke Marabahan, maminta ijazah Tarekat Syadziliyah pada Guru Basiyuni,” ujar Guru Anshary pada saya (6 Mei 2024 di Gambut).
Ayah dari Guru Anshary ini bernama Tuan Guru H. Muhammad Iberam. Beliau adalah teman satu kelas Abah Guru Sekumpul.
“Sanad ampun abahku itu tulisan tangan Abah Guru, cuma sanad itu dari Guru Basiyuni langsung pada Abahku. Abah Guru mencatatakan banar aja,” kata Guru Anshary.
Kesaksian ketiga datang dari Tuan Guru H. Masdar (teman sekelas Abah Guru Sekumpul). Guru Masdar mengaku mengambil Tarekat Syadziliyah pada Abah Guru Sekumpul. Berikut kesaksian beliau:
“Dar, ikam sempatlah bahari meambil ijazah ke tempat Tunji Basiyuni?” kata Abah Guru Sekumpul suatu ketika.
“Kada guru ai, waktu itu ulun kada beduit. Tapi pernah mengambil di lain.”
Saat itu, kata Guru Masdar, Abah Guru menggeleng, seolah tidak membenarkan sesuatu.
“Macam apa kalau ulun tawajjuhnya lawan pian aja. Dijawab Guru Zaini: Aja.”
Hingga akhir hayat, Guru Masdar mengamalkan Tarekat Syadziliyah yang beliau dapatkan dari Abah Guru Sekumpul. Tarekat tersebut diduga kuat “Bertali” dengan Tunji Basiyuni.(Kesaksian Guru Masdar saya saksikan pada rentang tahun 2009-2017).
Selain tiga kesaksian di atas, saya ingin “menghadirkan” salah satu potongan video dari Abah Guru Sekumpul yang menyebut ulama-ulama yang berangkat mengambil ijazah tarekat kepada Guru Basiyuni, di antaranya Guru Seman (diduga: Guru Seman Komplek/ayah dari Abah Anang Djazouly), Guru Seman Mulia, Guru Ramli, Guru H. Ibad (Badruddin), Kai Matnor (Dalam Pagar), dan lain-lain. (Lihat: https://www.youtube.com/watch?v=Rws3mNeEAH0)
Di antara ulama-ulama yang disebut Abah Guru Sekumpul adalah ulama yang sama ketika beliau dan Guru Seman Mulia bersilaturahmi pada ulama-ulama di Pulau Jawa. Terutama Guru Seman Mulia, Guru Ibad, dan Guru Seman Komplek. Mereka berempat pernah bersilaturahmi ke Kiai Falak Bogor.
Dari beberapa riwayat di atas, kalau ingin lebih teliti, kita bisa meminta catatan tangan Abah Guru Sekumpul (sanad ijazah Syadziliyah) yang disimpan Guru Anshary. Kedua, meminta sanad Tarekat Syadziliyah milik Guru Masdar. Dan ketiga, yang tak kalah penting adalah mengetahui kapan kewafatan Tunji Basiyuni: Benarkah beliau wafat pada tahun 1961 M?(*)
Leave a comment