BANJARUPDATE.COM, BANJARMASIN – Makam Tuan Guru H. Masdar di desa Sungai Tuan, kecamatan Astambul kini menambah daftar destinasi wisata religi di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Sejak kewafatan beliau, makam ini ramai dikunjungi peziarah.
Guru Masdar yang bernama lengkap Tuan Guru H. Masdar bin H. Umar ini dikenal dengan seorang ulama sepuh di masanya (1939-2024), tempat rujukan para penimba ilmu. Itulah kiranya yang membuat beliau dikenang, sehingga banyak orang yang datang untuk berziarah menghadiahkan pahala bacaan Alqur’an, zikir, sholawat, dan doa untuk beliau.
Di samping kepopuleran Guru Masdar sebagai ulama, beliau juga populer karena kedekatan dengan Abah Guru Sekumpul (Tuan Guru H. Muhammad Zaini bin Abdul Ghani). Beliau adalah teman satu kelas Abah Guru Sekumpul ketika nyantri di Ponpes Darussalam.
Tidak hanya sebagai teman, Guru Masdar kemudian menjadi murid Abah Guru Sekumpul, hingga menjadi pengajar dari dua putra beliau; H. Muhammad Amin Badali dan H. Ahmad Hafi Badali.
Pada Minggu (16/2/2025) kemarin, Banjarupdate.com, berziarah ke makam Tuan Guru H. Masdar. Makam yang berada di halaman rumah almarhum itu kini berubah menjadi ruangan semi bangunan; Bagian lantai batako kini dilapisi dengan karpet, dinding kalsiboard yang dipasang setengah menyisakan ruang angin yang cukup lebar, dan tirai tipis berwarna hijau tosca membuat ruangan itu terlihat indah.
Pihak keluarga membuat ruangan makam tersebut khusus untuk para peziarah laki-laki. Sementara untuk peziarah wanita dikhususkan di ruang tamu rumah almarhum.

Pada kesempatan itu, Banjarupdate sempat berbincang dengan putri Almarhum Tuan Guru H. Masdar yang bernama Fahriati. Ia bercerita tentang kondisi menjelang kewafatan ayahnya tersebut.
“Abah pernah kena stroke, kalau tidak khilaf tahun 2016. Kemudian, beliau juga ada penyakit jantung. Sempat ingin dipakai ring, tetapi pihak dokter mengatakan terlalu beresiko karena mereka belum pernah memasang ring pada orang setua almarhum,” ujar Fahriati.
Pihak keluarga saat itu juga mendapat banyak masukan dari berbagai pihak terkait tindakan kesehatan yang harus diambil pada saat itu.
“Ada yang menyarankan lebih baik tidak dipasang ring, karena orang yang sudah tua pembuluh darahnya keropos, khawatir malah memperparah kondisi kesehatan beliau,” kata putri kedua Guru Masdar itu.
Ada kejadian, sambung Fahriati, orang yang sudah tua dipakaikan ring di jantungnya. Setelah dipasang, kondisi orang tersebut membaik. Tetapi tidak lama kemudian, kondisi beliau menurun. Setelah dicek, pembuluh darah orang tua tersebut “jebol”.
“Itulah yang membuat pihak keluarga mempertimbangkan pemasangan ring pada almarhum saat itu,” ujar Fahriati.
Guru Masdar wafat di Rumah Sakit Sultan Agung, Gambut, Kabupaten Banjar pada Senin (23/7/2024) sekira pukul 20.00 Wita.
Setelah kewafatan beliau, kegiatan keagamaan yang semula diisi dengan kajian majelis taklim yang diasuh almarhum, kini diisi dengan kegiatan pembacaan maulid pada Senin malam dan pembacaan Dalailul Khairat pada Jum’at malam.
“Untuk kajian belum ada yang meneruskan. Kemungkinan nanti akan ada yang melanjutkan. Ading (adik) H. Ahmad diharapkan bisa melanjutkan pengajian. Saat ini, masih sibuk mengajar di Pesantren Tahfidz yang diasuh Guru Wildan (Tuan Guru H. M. Wildan Salman,” terang Fahriati yang kini berprofesi sebagai Guru TKA tersebut.
Untuk diketahui, makam Tuan Guru H. Masdar berada di desa Sungai Tuan, Kecamatan Astambul. Desa ini bertetangga dengan desa Kalampayan, di mana di sana terdapat Makam Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari dan keluarga besar beliau.
Jika anda berziarah ke makam Syekh Muhammad Arsyad dan melalui desa Sungai Tuan, makam Guru Masdar akan anda temui di sebelah kanan jalan.
Di dekat area makam, sudah disediakan tempat parkir, tempat wudhu, dan minuman gratis bagi peziarah.
Penulis: Muhammad Bulkini
Leave a comment