BANJARUPDATE.COM, BANJARMASIN – Tuan Guru H. Mahmud Hasil wafat pada Rabu (19/2/2024) kemarin. Jenazah beliau dimakamkan di Majelis Taklim “Ubudiyah” di samping kediaman almarhum di Jalan Jati, Palangka Raya, Kalimantan Tengah.
Ulama yang produktif dalam menulis kitab tersebut wafat di usia kurang lebih 78 tahun. Beliau lahir di Desa Teluk Tiram Banjarmasin tahun 14 April 1946 M. Ayah beliau bernama Muhammad Hasil, seorang tukang cukur.
Guru Mahmud kecil belajar pada Muallim Syukur Teluk Tiram (KH. Abduss Syukur) mulai dari mengenal huruf hingga kitab kuning.
Setelah cukup berumur, Guru Mahmud masuk Pondok Pesantren Darussalam Martapura. Selama 10 tahun di Kota Serambi Mekkah, beliau merasakan kepemimpinan dua ulama besar di zamannya, yakni Tuan Guru H. Muhammad Sya’rani Arif dan Tuan Guru H. Salim Ma’ruf.
Selama di Martapura, Guru Mahmud kerap menghadiri majelis-majelis taklim, karena itulah beliau banyak mendapat sanad ijazah dari para ulama Martapura terdahulu. Di antaranya, dari Tuan Guru H. Anang Sya’rani dalam ilmu hadits, Tuan Guru H. Husin Dahlan, Tuan Guru H. Seman Mulia, Tuan Guru H. Muhammad Zaini bin Abdul Ghani (Abah Guru Sekumpul), dan banyak lagi yang lainnya.
Meski berguru pada banyak ulama, Guru Mahmud mengaku bahwa guru utama beliau adalah Tuan Guru H. Abdussyukur atau yang lebih dikenal dengan Muallim Syukur Teluk Tiram.
Pada tahun 1973, Guru Mahmud lulus dari Pesantren Darussalam. Setelah lulus di Pesantren Darussalam, beliau memperdalam Ilmu Tasawuf dengan Muallim Syukur Teluk Tiram, khususnya permasalahan ilmu hakikat.
Setelah wafat Muallim Syukur, Guru Mahmud melanjutkan pencarian ilmu pada Tuan Guru Anang Ramli Bati-Bati.
Pada tahun 1990 Guru Mahmud hijrah ke Palangkaraya. Di sana, beliau mendirikan Pondok Pesantren Sunan Jati.
5 tahun kemudian, Guru Mahmud mulai mengajarkan ilmu yang beliau dapat dari Muallim Syukur. Beberapa orang kemudian merasakan manfaat dari ilmu tersebut di kehidupannya. Melihat kemanfaatan tersebut, Guru Mahmud pun kemudian menuangkan ilmu tersebut dalam sebuah kitab yang diberi nama “Simpanan Berharga”. Kitab tersebut diterima luas oleh banyak penuntut ilmu, dan membuat Guru Mahmud sibuk mengajar di berbagai daerah, khususnya wilayah Kalimantan.
Selain kitab “Simpanan Berharga”, beliau kemudian menulis kitab “Sarantang-Saruntung”, “Waja Sampai Kaputing” dan “Kayuh Baimbai”.(*)
Leave a comment